Penanganan Khusus Gangguan Konsentrasi pada Anak TK PAUD
Melihat manifestasi gangguan konsentrasi yang amat banyak, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannyasesuaidenganpenyebabdangangguan lain yang menyertai. Terapi yang diterapkan terhadap penderita gangguan konsentrasi haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multidisiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orang tua, guru, dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Bila gangguan tersebut tidak ringan, penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.
Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita gangguan konsentrasi. Di antaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or Leaky Gut Syndrome),penanganan alergi makanan, atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penderita gangguan konsentrasi pada anak juga disebabkan oleh alergi makanan. Faktanya, setelah dilakukan eliminasi penyebab gangguan alergi makanan selama 3 minggu, ternyata didapatkan hasil peningkatan kemampuan konsentrasi anak.
Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diujicobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus gangguan konsentrasi pada penderita ADHD. Kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine.
Penanganan Khusus Gangguan Konsentrasi pada Anak TK PAUD
Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential fatty acids, gangguan metabolisme asam amino, dan toksisitas logam berat. Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeedback, terap, herba , pengobatan homeopothic dan pengobatan tradisional Cna seperti akupuntur.
Untuk mengatasi gejala gangguan perilaku yang menyertai pada penderita gangguan konsentrasi juga dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan konsentrasi dan gangguan perilaku yang menyertainya. Terapi ini mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, di antaranya adalah sensory integration (Ayres), snoezelen, neurodevelopment treatment (Bobath), modifikasi perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya
Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perubahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa, dan perawatan diri sendiri. Selain itu, terapi ini juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agresif, emosi labil, self injury dan sebagainya. perilaku merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dan perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi perasaan mandiri.
Sumber:http://anggunpaud.kemdikbud.go.id